-->
Masa Pra Aksara

Masa Pra Aksara




Menjelaskan pengertian  dan kurun waktu masa pra-aksara
Secara garis besar, seluruh kurun waktu sejarah dibagi menjadi:
  1. Masa praaksara (prehistory) merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan. Masa pra-aksara dimulai sejak adanya kehidupan di permukaan muka bumi hingga manusia mengenal tulisan.
  2. Masa sejarah/aksara masa dimana manusia sudah mengenal tulisan. Kurun waktunya merentang sejak manusia mengenal tulisan hingga sekarang.
  3. Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur.

Mengidentifikasi jenis- jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa pra- aksara
  1. Pithecantropus Erectus. Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Diperkirakan jenis manusia ini hidup
  2. Meganthropus Paleojavanicus. Pada tahun 1941, von Koeningwald menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
  3.  Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).

Mendeskripsikan perkembangan kehidupan  pada masa pra- aksara dan peralatan kehidupan yang dipergunakan.
a. Masyarakat Berburu Dan Mengumpulkan Makanan. Pada masa kehidupan masyarakat masih berburu dan meramu, keadaan bumi masih dalam keadaan labil. Permukaan bumi masih berubah-ubah bentuknya, dan keadaan seperti sekarang ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Alat  yang dihasikan pada masa ini berciri paleolithikum contohnya alat – alat serpih, kapak genggam, dan kapak perimbas.
b. Masyarakat Berburu Dan Meramu Tingkat Lanjut. Pada masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen akhir dimana kehidupan mereka masih bergantung pada alam, meskipun sebagian manusia purba ini mulai tinggal disuatu tempat seperti gua. Karena tidak lagi berpindah tempat maka mereka memiliki waktu luang untuk melakukan hal lain seperti melukis di dinding gua yang mereka tinggali seperti lukisan telapak tangan, ataupun gambar – gambar yang mereka dianggap suci. Alat – alat yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat – alat dari tulang.
c. Masa Bercocok Tanam/Bertani. Pada masa ini manusia hidup berkelompok antara 50-100  orang, dimana mereka tidak lagi bergantung pada alam mereka telah mampu mengelola bahan yang disediakan oleh alam, dimana kebutuhan mereka di penuhi dengan cara berlandang atau bertenak.  Alat – alat yang dihasilkan pada masa ini pengerjaannya sudah dihaluskan seperti kapak lonjong, kerajinan gerabah, dan manik – manik. Pada masa ini juga mereka telah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda gaib (Aninisme Dan Dinanisme), dan penguburan masih sangat sederhana.

Mengidentiifikasi peninggalan –peninggalan kebudayaan pada masa pra-aksara
1. Kapak Genggam. Kapak genggam zaman ini memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, peralatan menggali umbi-umbian, peralatan memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya.
2. Kapak Pendek (Hache courte). Kapak Pendek sejenis kapak genggam pendek bentuknya setengah lingkaran. Kapak pendek ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
3. Lukisan di Dinding Gua. Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.
4. Sarkofagus. Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan zaman ini banyak ditemukan di Bali.
5. Arca. Arca adalah peninggalan dari kebudayaan berupa patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
6. Punden Berundak. Punden berundak-undak merupakan peninggalan dari kebudayaan yang biasanya digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan masa ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai fungsi candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.
7. Moko. Nekara yang berukuran lebih kecil, merupakan benda peninggalan pada kebudayaan di masa atau zaman pada praaksara yang ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Fungsi Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.
8. Kapak Perunggu. Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat perunggu, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuan kebudayaan ini di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali beserta Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.

Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
1. Bangsa Proto Melayu. Sekitar tahun 2.000 SM diduga bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) telah tiba di Kepulauan Nusantara. Bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia menjadi pembawa kebudayaan neolithikum dalam dua cabang persebaran. Cabang pertama yaitu bangsa yang membawa kebudayaan kapak lonjong yang disebut sebagai ras Papua-Melanosoid. Arah persebarannya dari Yunnan lewat Filipina, kemudian ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada yang sampai ke Irian. Sedangkan cabang yang kedua adalah bangsa Proto Melayu yang disebut ras Austronesia. Arah gelombang cabang yang kedua ini dimulai dari Yunnan kemudian ke Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Jenis kebudayaan yang mereka bawa berupa kapak persegi.
2. Bangsa Deutero Melayu. Sekitar tahun 500 SM bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) tiba di Kepulauan Nusantara. Mereka datang membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, di Vietnam Utara. Benda-benda logam yang mereka bawa di antaranya berupa nekara, candrasa, bejana perunggu, manik-manik, arca dan sebagainya.  Rute persebaran nenek moyang dari kelompok Melayu Muda ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat, lalu menuju tempat-tempat di Kepulauan Nusantara. Bangsa yang tiba pada gelombang terakhir ini masih tergolong ras Austronesia. Nenek moyang kita dari ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid lantas melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Nusantara seperti sekarang ini.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel