Masa Pra Aksara
Menjelaskan pengertian dan kurun waktu masa pra-aksara
Secara garis besar, seluruh kurun waktu sejarah dibagi
menjadi:
- Masa praaksara (prehistory)
merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan. Masa pra-aksara dimulai
sejak adanya kehidupan di permukaan muka bumi hingga manusia mengenal
tulisan.
- Masa sejarah/aksara masa dimana manusia
sudah mengenal tulisan. Kurun waktunya merentang sejak manusia mengenal
tulisan hingga sekarang.
- Kurun
waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai
manusia mengenal tulisan. Bangsa Indonesia meninggalkan
masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari
adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Mengidentifikasi jenis- jenis
manusia Indonesia yang hidup pada masa pra- aksara
- Pithecantropus Erectus. Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari
Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa
di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus
Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus =
manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus
artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Diperkirakan jenis manusia ini
hidup
- Meganthropus Paleojavanicus. Pada tahun 1941, von Koeningwald menemukan sebagian
tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang
Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan,
tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini
lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropus
Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih
besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
- Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali
sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong,
lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi
ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von
Koeningswald menilai hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya
daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia.
Mahluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari
Solo).
Mendeskripsikan perkembangan
kehidupan pada masa pra- aksara dan
peralatan kehidupan yang dipergunakan.
a. Masyarakat Berburu Dan
Mengumpulkan Makanan. Pada masa kehidupan masyarakat masih berburu dan
meramu, keadaan bumi masih dalam keadaan labil. Permukaan bumi masih
berubah-ubah bentuknya, dan keadaan seperti sekarang ini berlangsung selama
kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Alat yang dihasikan pada masa ini berciri paleolithikum
contohnya alat – alat serpih, kapak genggam, dan kapak perimbas.
b. Masyarakat Berburu Dan Meramu
Tingkat Lanjut. Pada masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen
akhir dimana kehidupan mereka masih bergantung pada alam, meskipun sebagian
manusia purba ini mulai tinggal disuatu tempat seperti gua. Karena
tidak lagi berpindah tempat maka mereka memiliki waktu luang untuk melakukan
hal lain seperti melukis di dinding gua yang mereka tinggali seperti lukisan
telapak tangan, ataupun gambar – gambar yang mereka dianggap suci. Alat – alat yang mereka gunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat – alat
dari tulang.
c. Masa Bercocok Tanam/Bertani. Pada masa ini manusia hidup
berkelompok antara 50-100 orang, dimana
mereka tidak lagi bergantung pada alam mereka telah mampu mengelola bahan yang
disediakan oleh alam, dimana kebutuhan mereka di penuhi dengan cara berlandang
atau bertenak. Alat – alat yang dihasilkan pada masa ini
pengerjaannya sudah dihaluskan seperti kapak lonjong, kerajinan gerabah, dan
manik – manik. Pada masa ini juga mereka telah mengenal kepercayaan terhadap
roh nenek moyang dan benda-benda gaib (Aninisme Dan Dinanisme),
dan penguburan masih sangat sederhana.
Mengidentiifikasi peninggalan
–peninggalan kebudayaan pada masa pra-aksara
1. Kapak
Genggam. Kapak genggam
zaman ini memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas,
namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, peralatan
menggali umbi-umbian, peralatan memotong daging hewan buruan, dan keperluan
lainnya.
2. Kapak
Pendek (Hache courte). Kapak Pendek sejenis
kapak genggam pendek bentuknya setengah lingkaran. Kapak pendek ini ditemukan
di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
3. Lukisan di
Dinding Gua. Lukisan di dinding gua
terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap
tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang,
Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani,
Papua.
4. Sarkofagus. Sarkofagus
adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan
zaman ini banyak ditemukan di Bali.
5. Arca. Arca adalah
peninggalan dari kebudayaan berupa patung terbuat dari batu utuh, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
6. Punden
Berundak. Punden
berundak-undak merupakan peninggalan dari kebudayaan yang biasanya digunakan
sebagai tempat pemujaan. Bangunan masa ini dibuat dengan menyusun batu secara
bertingkat, menyerupai fungsi candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak
Sibeduk, Banten Selatan.
7. Moko. Nekara yang
berukuran lebih kecil, merupakan benda peninggalan pada kebudayaan di masa atau
zaman pada praaksara yang ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Fungsi
Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.
8. Kapak
Perunggu. Kapak
perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat perunggu, jantung,
dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak
corong. Daerah penemuan kebudayaan ini di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali
beserta Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan
sehar-hari.
Asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia
1. Bangsa
Proto Melayu. Sekitar tahun 2.000 SM
diduga bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) telah tiba di Kepulauan Nusantara.
Bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia menjadi pembawa kebudayaan neolithikum dalam dua cabang persebaran. Cabang
pertama yaitu bangsa yang membawa kebudayaan kapak lonjong yang disebut sebagai
ras Papua-Melanosoid. Arah persebarannya dari
Yunnan lewat Filipina, kemudian ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada yang sampai
ke Irian. Sedangkan cabang yang kedua adalah
bangsa Proto Melayu yang disebut ras Austronesia. Arah gelombang cabang yang
kedua ini dimulai dari Yunnan kemudian ke Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa
Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Jenis kebudayaan yang mereka bawa berupa
kapak persegi.
2. Bangsa
Deutero Melayu. Sekitar tahun 500 SM
bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) tiba di Kepulauan Nusantara. Mereka datang
membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, di Vietnam Utara.
Benda-benda logam yang mereka bawa di antaranya berupa nekara, candrasa, bejana
perunggu, manik-manik, arca dan sebagainya. Rute persebaran nenek
moyang dari kelompok Melayu Muda ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand,
Malaysia Barat, lalu menuju tempat-tempat di Kepulauan Nusantara. Bangsa yang
tiba pada gelombang terakhir ini masih tergolong ras Austronesia. Nenek moyang
kita dari ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid
lantas melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah
Nusantara seperti sekarang ini.